Rabu, 17 September 2008

Misa Malam Paska Dengan Ferula Baru


Paus Benedictus XVI telah menggunakan tongkat kepausan baru. Tongkat lama peninggalan Paus Paulus VI yang juga digunakan Paus Yoannes Paulus II tidak digunakan lagi. Dalam foto paus nampak memberikan berkatnya seusai Misa agung Malam Paska 2008 yang lalu di Basilika St. Petrus.

Benedictus XVI dan Liturgi


Paus Benedictus XVI nampaknya sampai pada titik evaluasi tertentu ketika beliau memberlakukan MOTU PROPRIO yang memberikan kembali kebebasan bagi para imam untuk mempersembahkan misa-misa dengan liturgi Tridentine.


Evaluasinya tentu muncul dari kenyataan bahwa liturgi post Konsili Vatikan II kerap kali "kebablasan" menuju ke arah pelecehan dan perendahan sakramental, dan seringkali juga menjadi lahan eksperimen para petualang liturgi yang merusak.


Dalam foto kita melihat komitmen Bapa Suci terhadap misa Tridentine, ditunjukkan dengan pakaian liturgi yang dikenakannya dalam misa. Nampak keagungan martabatnya.

Selasa, 13 Mei 2008

Tanggapan pihak berwenang di Tahta Suci



Terhadap sikap oposisi sebagian kardinal, uskup-uskup, dan imam-imam, serta umat terhadap berlakunya kembali misa Tridentine, kita simak wawancara dengan Uskup Agung Ranjith, seorang prelat penting di Tahta Suci.


Episcopal "rebellion" going on; "Bishops and Cardinals" must obey the Pope
From an interview granted by the Secretary of the Congregation for Divine Worship, Archbishop Malcolm Ranjith Patabendige, to Bruno Volpe, of the papal news website Petrus:Your Excellency, how has Benedict XVI´s motu proprio which liberalized the Holy Mass according to the Tridentine Rite been received? Some, in the bosom of the Church itself, have turned their noses..."There have been positive reactions and, it is useless to deny it, criticisms and opposition , even from theologians, liturgists, priests, Bishops, and even Cardinals. I frankly do not understand these rifts, and, why not [say it], rebellion towards the Pope. I invite all, particularly the Shepherds, to obey the Pope, who is the Successor of Peter. The Bishops, in particular, have sworn fidelity to the Pontiff: may they be coherent and faithful to their commitment."In your opinion, what causes these displays against the Motu Proprio?"You know that there have been, by some dioceses, even interpretative documents which inexplainably intend to limit the Pope's Motu Proprio. These actions mask behind them, on one hand, prejudices of an ideological kind and, on the other, pride, one of the gravest sins. I repeat: I invite all to obey the Pope. If the Holy father decided to promulgate the Motu Proprio, he had his reasons, which I fully share."Benedict XVI´s decision to liberalize the Tridentine Rite seems as a just remedy to the so many liturgical abuses sadly registered after the Second Vatican Council with the 'Novus Ordo'..."See, I do not wish to criticize the 'Novus Ordo'. But I laugh when I hear it said, even by friends, that in a [certain] parish, a priest is 'a Saint' due to his homily or to how he speaks. The Holy Mass is sacrifice, gift, mystery, independently of the celebrating priest. It is important, fundamental even, that the priest be put aside: the protagonist of the Mass is Christ. I do not understand, thus, the Eucharistic celebrations transformed in shows with dances, songs, and applause, as it frequently happens with the Novus Ordo."Monsignor Patabendige, your Congregation has repeatedly denounced these liturgical abuses..."True. There are so many documents, which have nonetheless painfully remained dead letter, [which] have ended up on dusty shelves or, even worse, in wastebaskets."Another point: one often hears very long homilies..."This also is an abuse. I am opposed to dances and applause in the middle of the Masses, which are not a circus or a stadium. As for the homilies, they must relate, as the Pope has underlined, exclusively to the catechetical aspect, avoiding sociologisms and useless chatter. For example, priests often veer towards politics because they have not prepared well the homily, which must, instead, be scrupulously studied. An excessively long homily is synonymous with a scarce preparation: the correct time for a sermon must be of 10 minutes, 15 at most. It must be acknowledged that the culminating moment of the celebration is the Eucharistic mystery, which does not mean downplaying the Liturgy of the Word, but clarifying how a correct liturgy must be applied."Returning to the Motu Proprio: some criticize the use of Latin during Mass..."The Tridentine Rite is part of the tradition of the Church. The Pope has dutifully explained the motives for his measure, an act of liberty and justice towards Traditionalists. As for Latin, I wish to underline that it has never been abolished and, what is more, it guarantees the universality of the Church. But I repeat: I invite priests, Bishops, and Cardinals to obedience, setting aside every kind of pride and prejudice."Courtesy of Rorate Caeli

Senin, 12 Mei 2008

Triregnum






















Dalam foto-foto berikut kita menyaksikan beberapa paus mengenakan TRIREGNUM atau TIARA, mahkota bersusun tiga yang melambangkan kedudukannya sebagai Imam Agung, Guru, dan Gembala tertinggi. Sejak Paus Yoannes Paulus I (alm), triregnum tidak digunakan lagi. Kita berharap paus yang akan datang mengenakan lagi triregnum, karena dengan mengenakannya, seluruh umatpun mendapatkan edukasi dan memberikan penghormatan tinggi pada kedudukan dan martabat kepausan. Berturut-turut dari atas Paus Leo XIII, Paus St. Pius X, Paus Pius XI, Paus Beato Pius XII, Paus Beato Yoannes XXIII, dan yang terakhir dimahkotai dengan triregnum, Paus Paulus VI.

Jumat, 25 April 2008

Komuni suci?


Komuni yang dulu begitu disucikan, karena menyambut "Tubuh dan Darah" Kristus itu begitu bermakna, kini menjadi adegan "biasa" yang cenderung tanpa rasa hormat yang khusyuk.

Saksikan Pelecehan Sakramental




Di beberapa foto ini kita saksikan betapa "sudah parah" kerusakan liturgi pasca konsili Vatikan II yang disebut "novus ordo". Ada imam yang gunakan gelas anggur untuk makan ketika mengkonsekrasikan Darah Kristus! Dan lihat juga, para pelawak dan artis panggung naik ke panti imam, dengan imam menjelang pembacaan Injil mengenakan stola yang membuatnya cocok jadi badut juga!



Kamis, 24 April 2008

Musik Liturgi




Gereja Katolik pasca Konsili Vatikan II memang rentan/ rapuh menghadapi serangan arus modernisme, arus yang mati-matian ditentang oleh almarhum St. Paus Pius X. Musik liturgi adalah bagian dari kehidupan Gereja yang paling mudah diserbu unsur-unsur modernisme yang merusak. Kerusakannya demikian parah, sehingga menimbulkan pendangkalan spiritual.




Paus Benedictus XVI nampaknya bertindak untuk segera me "Restorasi" musik liturgi, setelah beliau dengan tegas memulai restorasi liturgi secara menyeluruh.


Berikut berita penting yang mesti disebar-luaskan:




The Daily Telegraph reports, "The Pope is considering a dramatic overhaul of the Vatican in order to force a return to traditional sacred music."
Here's the story: Pope to purge the Vatican of modern music
Here's an extended quote:
After reintroducing the Latin Tridentine Mass, the Pope wants to widen the use of Gregorian chant and baroque sacred music. In an address to the bishops and priests of St Peter's Basilica, he said that there needed to be "continuity with tradition" in their prayers and music.
He referred pointedly to "the time of St Gregory the Great", the pope who gave his name to Gregorian chant. Gregorian chant has been reinstituted as the primary form of singing by the new choir director of St Peter's, Father Pierre Paul.He has also broken with the tradition set up by John Paul II of having a rotating choir, drawn from churches all over the world, to sing Mass in St Peter's.
The Pope has recently replaced the director of pontifical liturgical celebrations, Archbishop Piero Marini, with a man closer to his heart, Mgr Guido Marini. It is now thought he may replace the head of the Sistine Chapel choir, Giuseppe Liberto.
The International Church Music Review recently criticised the choir, saying: "The singers wanted to overshout each other, they were frequently out of tune, the sound uneven, the conducting without any artistic power, the organ and organ playing like in a second-rank country parish church."
Mgr Valentin Miserachs Grau, the director of the Pontifical Institute of Sacred Music, which trains church musicians, said that there had been serious "deviations" in the performance of sacred music. "How far we are from the true spirit of sacred music. How can we stand it that such a wave of inconsistent, arrogant and ridiculous profanities have so easily gained a stamp of approval in our celebrations?" he said. He added that a pontifical office could correct the abuses, and would be "opportune". He said: "Due to general ignorance, especially in sectors of the clergy, there exists music which is devoid of sanctity, true art and universality."
Mgr Grau said that Gregorian chant was the "cardinal point" of liturgical music and that traditional music "should become again the living soul of the assembly". The Pope favoured the idea of a watchdog for church music when he was the cardinal in charge of safeguarding Catholic doctrine


Selasa, 22 April 2008

Para Kardinal




Kardinal dari kata latin "Cardo" yang artinya KUNCI, adalah tokoh-tokoh kunci Gereja. Mereka adalah pangeran-pangeran Gereja (yang di antaranya akan menjadi ahli waris kunci & tahta St. Petrus), mereka juga penasihat-penasihat Bapa Suci. Mereka menjadi kepala-kepala lembaga-lembaga tertinggi Gereja di lingkungan tahta suci. Mereka tersebar di berbagai penjuru dunia menduduki tahta-tahta Batrik atau Uskup Agung.


Kardinal dengan segala martabatnya mengharuskan mereka dihormati pula dengan sepantasnya dan mengenakan lambang-lambang termasuk pakaian yang sesuai dengan kedudukan mereka. Bahkan ketika wafat, seorang kardinal mendapatkan penghormatan tinggi sesuai martabat mereka.

Gereja yang tertib spiritual




Para biarawati dengan jubah biara yang "pantas", yang memang menampilkan wujud nyata dari kaul-kaul ketaatan, kesucian, dan kemiskinan.
Hidup spiritual mereka hayati sepenuhnya, dan "tidak menoleh" untuk melihat dan menikmati "dunia". Bandingkan para biarawati dan biarawan masa kini, yang mengganti rosario dan kitab brevir di tangannya dengan handphone untuk "gaul".
Doa yang rutin dan disiplin dan adorasi (penyembahan) adalah keseharian mereka, "dunia" dengan segala fasilitas dan gemerlapnya adalah pantangan dan silih mereka.
Maka terasa mengada-ada bila biarawan/ biarawati masa kini memutuskan memakai pakaian awam dengan alasan supaya "dapat berbaur" dengan umat yang dilayani. Mereka sering bukan berbaur, tetapi "menghilang" dan ikut arus kedosaan umat.


Minggu, 20 April 2008

Kanonisasi Paus Pius X
















Ritual Tridentine mencapai puncak keindahannya pada upacara-upacara kanonisasi (penggelaran Santo). Beberapa foto berikut diambil dari upacara yang dilakukan Paus Pius XII ketika meng kanonisasi pendahulunya Paus Pius X. Dalam keindahan dan keagungan yang mengesankan, umat sungguh dibawa ke ketinggian Ilahi.




Nampak Paus Pius XII ditandu di sedia gestatoria ketika memasuki Piazza St. Pietro. Juga nampak ketika beliau bertahta, didampingi di kiri-kanan oleh kardinal-kardinal diakon. Lihatlah posisi tangannya ketika beliau memberikan berkatnya.





Konklaf






















Konklaf adalah sidang para kardinal, khusus untuk memilih paus baru. Setelah berakhirnya "Novendiali" untuk almarhum Paus Yoannes Paulus II, para kardinal elektor (yang punya hak pilih), memasuki Kapela Sistina untuk konklaf. Mereka "dipenjara" di lingkungan istana kepausan, dan bersumpah untuk manjaga kerahasiaan pemilihan.






Pemungutan suara dalam bimbingan ROH KUDUS dilakukan 2 kali pagi hari dan 2 kali sore hari. Di antara waktu itu, para kardinal berdoa memohon pimpinan Roh Kudus.






Jangan Takut!


Yoannes Paulus II selalu menekankan kata-kata Yesus ini "Jangan Takut!", dalam iman akan Yesus Kristus kita tak perlu takut atau kuatir. Hidupnya, perjuangannya, dan masa jabatannya sebagai paus, diisi dengan konsistensi akan iman yang teguh terhadap Tuhan Yesus, dan kata-kata itu selalu jadi kekuatannya, selalu ia wartakan untuk meneguhkan umatnya.


Jangan takut untuk menjadi saksi-saksi kebenaran, bahkan ketika harus berhadapan dengan sikap antipati atau memusuhi, jangan takut!

Konsistensi




Giuseppe Cardinal Siri (alm) adalah seorang kardinal uskup agung yang amat konsisten dengan prinsip-prinsipnya. Gelombang modernisme pasca Konsili vatikan II tidak membuatnya goyah untuk mempertahankan kebenaran-kebenaran, apalagi yang amat mendasar berhubungan dengan liturgi Gereja dan kedudukannya sebagai kardinal. Ia adalah salah satu contoh terbaik yang konsisten menjalankan liturgi Tridentinum, bukan karena menentang hasil-hasil konsili, tetapi karena ia percaya akan keluhuran liturgi tsb.

Penentang "Motu Proprio"?


Dalam suatu artikel luar negeri, Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ, Uskup Agung jakarta telah "dicap" sebagai salah satu penentang terbitnya "Motu Proprio" dari Paus Benedictus XVI. Posisi beliau dan KWI memang tidak terlalu jelas, mungkin bukan menentang tetapi ragu-ragu atau bingung mengambil sikap, atau memang mengambil langkah-langkah amat berhati-hati. kita doakan saja, semoga kardinal Indonesia ini beserta jajaran uskup se Indonesia segera menerapkan secara nyata keputusan Paus Benedicyus XVI, yang akan positif sekali akibatnya, menjauhkan Gereja katolik Indonesia dari heretisme.

Ekaristi Suci


Paus Benedictus XVI dengan "MOTU Proprio" nya ingin mengendalikan Gereja kudus ke jalur yang benar, khususnya ketika seluruh Gereja bersatu mempersembahkan perayaan Ekaristi, yang adalah puncak hidup beriman kita.

Ekaristi yang dalam banyak misa eksperimental yang dipaksakan dengan istilah inkulturasi dll telah dilecehkan, hendak dipulihkan kembali harkat dan martabatnya.

Dan paus-paus yang pernah ke USA











Berikut beberapa gambar dari paus-paus yang pernah mengunjungi USA, dan yang pernah dikunjungi presiden USA di Vatikan.




Paus Yoannes XXIII pernah dikunjungi Dwight Eisenhower dan juga John F. Kennedy.




Paus Paulus VI pernah dikunjungi John F. Kennedy, Lyndon Johnson, dan pernah kunjungi Amerika Seerikat.




Paus Yoannes Paulus II beberapa kali mengunjungi Amerika Serikat, di masa Jimmy Carter, Ronald Reagan, George Bush Sr, Bill Clinton, dan George Bush Jr.




Tahun ini, Benedictus XVI mengunjungi umatnya (80 jt umatKatolik di USA) dalam masa kepemimpinan George Bush Jr.




Paus Benedictus XVI di USA
















Beberapa gambar ini menunjukkan situasi kunjungan paus ke USA, plus beberapa kunjungan dari paus-paus sebelumnya ke negara paling sekular dan liberal, dan nampaknya rakyat Amerika Serikat selalu "gempar", " heboh" dan "super antusias" kalau paus berkunjung. Bahkan Presiden George Bush kali ini menyambut sendiri tamu agungnya langsung di airport, dan adakan upacara kenegaraan di Gedung Putih.










Kunjungannya akan membangunkan Gereja Katolik di Amerika Serikat yang digoncang arus liberalisasi termasuk kehidupan imam-imamnya. Ia tidak ragu-ragu menegur, bahkan mengutuk imam-imam yang dalam beberapa skandal melakukan pelecehan bahkan penganiayaan seksual terhadap umatnya.

Inilah hasil pekerjaan Mgr Guido Marini


Mgr Gudi Marini, bekerja keras sekali untuk memulihkan kembali kesakralan liturgi, dan kita dapat nikmati kekhidmatan serta keagungannya.

Papa Benedetto XVI


Minggu, 13 April 2008

Keindahan Olah Raga




Istirahat sejenak dari dunia spiritual, sekarang komentar-komentar tentang dunia olah-raga yang saya minati. Salah satunya yang terlambat saya pelajari, tetapi saya selalu kagum pada keindahannya adalah LOMPAT INDAH (Diving), terutama yang dilakukan oleh para atlet olimpiade berikut. Di dalam olah-raga ini, ada keberanian, ada kelenturan, ada unsur senam dan ballet, ada keindahan luar biasa, ada presisi, pastinya ada kejeniusan, bukan hanya kebisaan berenang.

Enam lilin misa Tridentine


Di altar utama Basilica St. Petrus, Paus Pius XII mempersembahkan misa. Lihatlah pakaian-pakaian liturgi, dan kelengkapan altar, termasuk enam lilin besar di altar, sebuah standar baku yang digunakan dalam misa tridentine.

Paus untuk semua orang


Paus Yoannes Paulus II memang luar biasa, ia membuat agama Katolik dikenal dunia, ia mampu membangkitkan semangat pertobatan di berbagai pelosok dunia. Ia merangkul semua agama, sehingga agama-agama yang tak mengakui kepemimpinan spiritual Katolik pun dapat menerimanya sebagai "ayah" yang baik yang merangkul anak-anaknya.


"Santo Subito!" Jadikan ia santo sekarang juga! Demikian diteriakkan begitu banyak jemaat yang menghadiri misa requiem agung pemakamannya. Kita beruntung, di zaman kita hidup, kita dapat merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan mahabaik dalam diri Yoannes Paulus II.

Idola Iman


Bapa suci Yoannes Paulus II (alm) yang kini sedang dalam proses menuju beatifikasi dan kanonisasi adalah idola iman saya. Ucapannya yang terus-menerus saya ingat adalah "Be Not Affraid!", yang juga jadi keyakinan beliau dalam menghadapi segala sesuatu, terutama saat-saat penuh kesulitan.


Marilah berdoa kepada Tuhan dengan pengantaraan doa-doa Bapa Suci Yoannes Paulus II.