Para biarawati dengan jubah biara yang "pantas", yang memang menampilkan wujud nyata dari kaul-kaul ketaatan, kesucian, dan kemiskinan.
Hidup spiritual mereka hayati sepenuhnya, dan "tidak menoleh" untuk melihat dan menikmati "dunia". Bandingkan para biarawati dan biarawan masa kini, yang mengganti rosario dan kitab brevir di tangannya dengan handphone untuk "gaul".
Doa yang rutin dan disiplin dan adorasi (penyembahan) adalah keseharian mereka, "dunia" dengan segala fasilitas dan gemerlapnya adalah pantangan dan silih mereka.
Maka terasa mengada-ada bila biarawan/ biarawati masa kini memutuskan memakai pakaian awam dengan alasan supaya "dapat berbaur" dengan umat yang dilayani. Mereka sering bukan berbaur, tetapi "menghilang" dan ikut arus kedosaan umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar